Selamat Datang di Blog Saya. Selamat Menikmati Artikel yang Saya Sungguhkan :)

Sabtu, 17 November 2012

Satu Keluarga

 Satu Keluarga

                    Sharen adalah putri tunggal Pak John. Dia tinggal bersama ayahnya di sebuah rumah di pinggiran kota. Karena ibu Sharen sudah lama meninggal dunia, maka sehari-hari dia ditemani Bibi Beth, pembantunya. 
                    Setelah Pak John menikah dengan Bibi Laura, bertambahlah penghuni rumah Sharen. Bibi Laura dan Tracia, putri tunggalnya, akan tinggal bersama mereka. Itu berarti Sharen bersaudara dengan Tracia. 
                    "Sharen, sekarang kau tak akan kesepian lagi. Tracia akan menjadi teman bermainmu," kata ayah Sharen saat memperkenalkan Bibi Laura dan Tracia. 
                    "Mulai sekarang kau memanggil Bibi Laura dengan Mama. Da Tracia memanggil Paman dengan Papa. Kalian berdua adalah bersaudara. Mengerti?" Sharen dan Tracia mengangguk. Keduanya saling berjabat tangan dan tersenyum. 
                    Akan tetapi, suasana damai hanya berlangsung beberapa hari saja. Sharen yang usianya lebih tua dari Tracia sering berlaku kasar dan judes. Mereka sering berebut mainan, dan akhirnya bertengkar. 
                    Suatu hari Sharen mendapat seekor kelinci dari Paman Heri. Dia meletakkan kelinci itu di kerangkeng besi, di dalam gudang di belakang rumah. Kunci gudang dibawanya. Tak seorang pun boleh masuk ke dalam gudang untuk melihatnya. Termasuk Tracia. 
                    "Tidak. Aku telah berjanji kepada Paman Heri untuk memeliharanya dengan baik. Aku tak mau siapa pun mengganggunya," kata Sharen ketika Tracia ingin melihat kelincinya. 
                    "Aku tak akan mengganggunya. Aku kan hanya ingin melihatnya," pinta Tracia setengah memohon. 
                    "Pokoknya tidak boleh. Kalau kau melihatnya, pasti kau juga akan memegangnya. Aku yakin kau akan memegangnya karena kelinci itu sangat lucu." 
                    "Tidak. Aku berjanji tak akan memegangnya." 
                    "Tidak boleh!" 
                    Begitulah perdebatan itu berlangsung. Mereka saling berteriak sampai akhirnya Bibi Laura datang melerai. 
                    Dua hari kemudian, Tracia datang sambil menggendong anak anjing kira-kira berumur dua bulan. 
                    "Paman Heri menghadiahkan anak anjing ini untukku," katanya dengan gembira. "Katanya aku dapat memilikinya selama aku mau." 
                    "Tracia, di rumah ini semua orang sibuk di pagi hari. Papa dan Mama harus berangkat kerja. Bibi Beth sudah cukup sibuk dengan pekerjaannya. Kau dan Sharen bersekolah. Siapa yang akan memberinya makan dan menemaninya? Mama akan menelpon Paman Heri untuk mengambil anak anjingnya kembali," kata Bibi Laura.
                    "Jangan!" teriak Tracia sambil memeluk anak anjingnya erat. "Mama tidak adil. Sharen boleh memiliki binatang kesayangan, mengapa aku tak boleh? Aku hanya ingin anak anjing ini. Kalau Mama tidak mengizinkannya, lebih baik aku tinggal bersama Paman Heri!" ancam Tracia. Bibi Laura tak tahu harus bilang apa lagi. 
                     Sorenya, terjadilah kejadian yang menyedihkan. Tracia menangis dalam dekapan Paman John. Sementara mamanya dan Sharen melihatnya iba, tak tahu harus berbuat apa. 
                     "Sudahlah Tracia, itu bukan salahmu. Kau tidak harus merasa berdosa atas kejadian itu," kata Paman John sambil mengelus-elus rambut Tracia. 
                     "Ta…. Tapi…..kalau saja aku tidak mengajaknya bermain di luar rumah, tentu sekarang anak anjingku masih hidup. Paman Heri pasti marah jika tahu. Sekarang aku tak lagi punya binatang kesayangan seperti Sharen. Huuu… huuuu…," kata Tracia di tengah-tengah tangisnya.  
                     "Aku juga pernah punya kucing yang mati ditabrak mobil," hibur Sharen. Ia memandang Tarcia dengan iba. Kemudian Sharen pergi dan tak lama kemudian muncul kembali menggendong kelincinya. Didekatkannya kelinci itu di tangan Tracia. 
                     "Ini kelinciku," kata Sharen lirih. "kau boleh memegangnya." 
                      Tracia berhenti menangis. Dia mengangkat wajahnya. Matanya sembab oleh air mata. Pipinya basah dan merah. Dia menatap hewan berbulu putih dengan sepasang matanya yang masih merah. Tracia mengangkat tangannya, tetapi kemudian dengan ragu tangannya diturunkan kembali.
                     "Kau pernah bilang, tak seorangpun boleh memegangnya?" kata Tracia pada Sharen. 
                     "Peraturan itu sudah berubah. Sekarang kau boleh memegang dan menggendongnya. Pokonya dia milik kita bersama. Kau mau kan?" 
                     "Benar?" 
                     Sharen mengangguk. Dia kemudian menyerahkan kelincinya pada Tracia. Tracia menggendong kelinci tersebut dengan senang. 
                    "Aku yang membersihkan kandangnya ya," kata Tracia. 
                    "Aku yang memberinya makan setiap hari," balas Sharen. Kedua anak tersebut beriringan ke luar ruangan. Kedua orang tua mereka tersenyum senang menyaksikan adegan itu. Sejak saat itu tak pernah lagi ada pertengkaran di rumah Pak John.

Sumber: BOBO no./XXVIII/00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar